
Metode praktik mendorong calon penerjemah untuk berusaha menemukan persamaan dan perbedaan, kesesuaian dan penyimpangan, model-model yang diakui dan permasalahan nya, serta menyelidiki hubungan-hubungan di antara model-model itu menjaga agar lingkungan tetap fleksibel, karena mengizinkan calon penerjemah pindah-pindah di dalam ruang kelas, berdiri, duduk atau berbaring sesuai kesenangan mereka sendiri; terkadang lingkungan ini ribut, terkadang hening; jenis musik yang diputar bermacam macam terpusat pada hubungan (relationship-driven), karena pengajar dan semua calon penerjemahnya diakui sebagai pe nyumbang kontribusi penting bagi proses pembelajar an. Pengajar maupun calon penerjemah punya tanggung jawab yang sama besar untuk belajar; dan bersifat multi-indrawi (multisensory) dan multicara (multimodal), karena menggunakan sebanyak mungkin saluran input yang berbeda-beda, termasuk visualisasi, memainkan drama, juga percakapan dengan hasil akhir yang terbuka (open-ended conversation).
Topik ini menawarkan peluang untuk mendiskusikan segala keberatan yang mungkin Anda atau calon penerjemah-mahasiswi Anda miliki tentang latihan-latihan dalam blog ini dalam hubungannya dengan penelitian pada memori. Kita mengembangkan banyak memori prosedural di ruang kuliah universitas: bagaimana tata krama menginterupsi pembicaraan, cara berinteraksi dengan calon penerjemah atau dosen, dll. Maha siswa dapat merumuskan beberapa dari memori prosedural yang telah mereka kembangkan di dan untuk ruang kuliah universitas, dan merenungkan sikap mereka terhadap latihan-latihan dalam blog ini sehubungan dengan kebiasaan-kebiasaan itu. Dan memori prosedural apa yang sudah Anda kembangkan untuk perkuliahan ini? Bahkan penerjemah pengajar yang paling inovatif pun, yang selalu mengubah-ubah gaya mereka mengajar sesuai kebutuhan calon penerjemah, punya memori prosedural atau “kebiasaan” yang mengatur segmen-segmen besar pengajaran mereka secara keseluruhan. Bagaimana dengan memori prosedural Anda?
Topik ini merupakan kesempatan untuk menyuruh calon penerjemah mendiskusikan pengalaman mereka sebagai penerjemah dan rutinitas yang mereka kembang kan untuk membantu mereka menyelesaikan pekerjaan dengan lebih efektif: keterampilan mengetik, manajemen terminologi, pola pemindahan, keterampilan menafsirkan, dll. Topik ini tak hanya membantu mereka mengembangkan rutinitas tadi lebih lanjut, tetapi juga membantu mengembangkan kebanggaan profesi terhadap keahlian mereka, penghargaan diri sendiri terhadap profesi.
Kebanyakan orang yakin sekali, menyadari tindakan mereka beserta alasannya bukan hanya tidak penting atau tidak relevan, tetapi secara aktif berbahaya. Mereka mungkin berkata, tulisan ini, dan barangkali juga blog ini secara keseluruhan, hanya membuang-buang waktu saja. Lebih baik waktu digunakan untuk belajar memindahkan kata dan frasa spesifik dari satu bahasa spesifik ke bahasa spesifik lainnya. Boleh jadi mereka sangat menyukai proses bawah sadar sehingga khawatir bahwa terlalu banyak kesadaran akan memperlambat kinerja mereka-bahkan, cukup ironis, manakala salah satu gagasan yang mereka sukai secara bawah sadar adalah bahwa mereka menerjemah secara sadar dan analitis, bukan secara bawah sadar. Kebanyakan dari kita dilatih bukan untuk mendalami proses-proses yang berlangsung di dalam batin, terutama pikiran kita sendiri. Kita takut dengan yang akan kita temukan, rahasia memalukan yang tersembunyi dan meloncat keluar.
Topik diskusi ini memberikan peluang untuk mengungkapkan perasaan-perasaan tersebut secara verbal. Pada awal semester ini, mungkin Anda belum tahu calon penerjemah mana yang paling reseptif dan mana yang paling tidak reseptif terhadap pendekatan ini. Calon penerjemah yang kurang reseptif mungkin merasakan sekali bahwa mendiskusikan perilaku negatif mereka hanyalah buang-buang waktu belaka, begitu pula dengan hal-hal lain dalam blog ini, tetapi mereka bisa didorong dengan sehati-hati mungkin agar mau mengartikulasikan pendirian mereka. Calon penerjemah lain mungkin merasa tertarik dan bersemangat untuk menemukan diri mereka sendiri dalam beberapa gaya belajar yang berbeda, sehingga bisa belajar lebih banyak tentang diri mereka sendiri.
Sumber : www.jits.co.id