
Seperti disebutkan pada buku buku yang beredar, pendekatan praktik betul betul berhasil pada beberapa penerjemah pemula. Ada orang yang benar-benar lebih suka belajar seperti ini. Namun, banyak pula yang tidak suka. Sudah menjadi anggapan lama bahwa mereka yang tidak belajar secara efektif dengan cara-cara tradisional adalah murid-murid yang kurang cerdas dan harus “ditingkatkan” (belajar menyesuaikan diri dengan metode belajar dan mengajar yang sudah diakui) atau “berhenti” (beralih melakukan hal lain dengan kehidupan mereka).
Penelitian pada otak penerjemah pemula selama dua atau tiga dasawarsa lalu memperlihatkan bahwa otak setiap orang berkembang dengan keberagaman dan perubahan yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang dimungkinkan metode pengajaran tradisional dan bahwa penerjemah pemula yang kerap dicemooh “bodoh”, “lamban” atau “pengacau” sama sekali tak kalah cerdas atau kreatifnya dengan murid-murid “baik” yang disukai kelas tradisional.
Dalam hal ini, metode pengajaran konvensional yang sempit benar-benar menyulitkan para penerjemah pemula. Banyak sekali penerjemah pemula yang menjadi korban metode tersebut, dan ini tidak adil. Namun, yang jauh lebih penting, metode tersebut sangat membatasi akses masyarakat terhadap kemampuan dan gagasan anggotanya, dan hal ini jelas merupakan suatu kesia-siaan.
Oleh karena itu, penataan sebuah kelas pelatihan penerjemah pemula yang lebih progresif dan senantiasa terbuka pada berbagai macam gaya belajar yang seluas-luasnya, akan sedikit lain dengan kelas tradisional. Kelas ini akan: menjaga agar pembelajaran yang tergantung pada lingkungan (field-dependent) dan tidak tergantung pada lingkungan (field-independent) tetap ada pada tekanan yang bermanfaat, sering berganti-ganti antara pengalaman praktis dalam konteks-konteks alami dengan pembelajaran yang lebih akademis, konseptual, abstrak, teoritis dalam konteks-konteks buatan menjaga agar pembelajaran penerjemahan secara kontekstual-global dan sekuensial-detail juga tetap pada tekanan yang bermanfaat, sering berganti-ganti antara rumusan intuitif dan rumusan logika untuk “gambaran keseluruhan (big picture)” dengan analisis runtun untuk detail-detail kecil.
Melaksanakan dan mendorong pergantian terus-menerus antara rujukan dari luar dengan rujukan dari dalam, membantu penerjemah pemula menguji keputusan-keputusan kewenangan dari luar (termasuk pengajar) terhadap pengalaman penerjemah pemula sendiri serta menguji pemikiran mereka sendiri terhadap sistem dan gagasan para teoritikus penerjemahan baik sama (match) maupun tidak sama (mismatch).