Blog

Tips Untuk Dosen Penerjemah (Pengajar)

Pada umumnya, sewaktu-waktu bila ada calon penerjemah tersumpah yang tidak setuju dengan salah satu generalisasi tentang penerjemah dalam blog ini- “Ini jelas bukan saya, atau penerjemah mana pun yang saya kenal!” – ada baiknya untuk berhenti sejenak dan mendiskusikan perbedaan pandangan itu. Terkadang perbedaan pandangan itu begitu kecil sehingga tidak perlu dibahas panjang lebar.

Terkadang perbedaan itu datang dari kesenjangan antara suatu ideal penerjemah, yang paling kuat yang dirasakan calon penerjemah, dengan pernyataan khusus yang diutarakan blog ini tentang realitas penerjemahan profesional, misalnya pentingnya penyaluran kembali (sublimation) untuk penerjemahan cepat. Dalam hal-hal yang disebut belakangan, pengajar mungkin sepakat dengan blog ini, tetapi ingin menyuruh calon penerjemah menemukan sendiri hal hal itu dengan mengalaminya sendiri.

Namun, terkadang perbedaan ini akan datang dari fakta bahwa keanekaragaman kompleks di antara penerjemah-penerjemah jauh lebih besar daripada generalisasi apa pun yang pernah diharapkan akan dimengerti. Orang menerjemah untuk banyak alasan yang berbeda-beda, mendapatkan kepuasan yang sangat berbeda-beda dari pekerjaan itu, membenci aspek yang berbeda-beda dari pekerjaan itu, dll. Dan bab ini disediakan untuk membicarakan beberapa dari perbedaan itu.

Implikasi teori gaya-belajar terhadap pengajaran. Metode pengajaran tradisional mendukung profil gaya belajar tertentu yang agak sempit. Tidak tergantung pada lingkungan (field-independent) (mau bekerja dalam konteks-konteks buatan seperti ruang kelas) lingkungan terstruktur (rencana pelajaran, kapan di mulai dan kapan selesai, meja diatur dalam bentuk barisan dan deretan, guru berkuasa dan murid dilatih untuk mematuhi kekuasaan itu) dipengaruhi oleh materi (content-driven) (tak jadi masalah bagaimana cara pengajarannya) sequential-detail/linier (mengerjakan per tahap satu demi satu dan menganggap semua orang akan belajar setiap tahap pada waktunya dan siap beralih ke tahap berikutnya).

Konseptual/abstrak (jauh lebih efektif, baik untuk manajemen waktu maupun pembelajaran untuk merumuskan kaidah dan proses, bila dilakukan tanpa pengalaman praktis yang kompleks dan dipaparkan kepada calon penerjemah dalam bentuk teori abstrak) rujukan dari luar (externally-referenced) (calon penerjemah belajar paling baik dengan mengikuti perintah pengajar) sama (harus menghindari fakta yang berlawanan dengan teori, penyimpangan, bidang-bidang masalah, persoalan-persoalan yang dipertengkarkan, perban tahan, dan perbedaan pendapat di dalam kelas, karena hanya akan mengalihkan calon penerjemah dari poin utama yang sedang diajarkan, berupa sekumpulan pengetahuan terpadu yang diharapkan dapat diterima calon penerjemah), dan analisis-reflektif (penerjemahan berlangsung paling efektif manakala penerjemah sudah diajarkan seperangkat aturan, yang kemudian diterapkan dengan bijaksana pada setiap teks yang mereka terima sebelum benar-benar mulai menerjemahkannya).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *